Kamis, 16 November 2017

BUDIDAYA SATWA HARAPAN
IUCN (International Union For Conservation Of Nature)
International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources atau biasa disingkat sebagai IUCN adalah sebuah organisasi international yang mengatur tentang berbagai topik yang membahas tentang konservasi atau perlindungan sumber daya alam dan hutan. IUCN secara rutin membuat kategori status konservasi yang disebut sebagai IUCN Red List of Threatened Species (IUCN Red List) yang merupakan daftar status kelangkaan untuk spesies yang terancam kepunahan. Kriteria yang dibuat untuk mengevaluasi kelangkaan spesies ini juga sudah diatur secara khusus dan telah dipercaya sebagai panduan yang memiliki pengaruh terbesar dalam bidang konservasi.
Kategori status konservasi dalam IUCN Red List atau istilah-istilah kepunahan yang dirilis oleh IUCN tersebut dibagi menjadi sembilan kategori diantaranya:
1.      Extinc ( EX; Punah) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang terbukti bahwa individu terakhir sudah mati.
2.      Extinct in the Wild (EW; Punah Di Alam Liar) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang hanya diketahui berada di tempat penangkaran atau di luar habitat alami mereka.
3.      Critically Endangered (CR; Kritis) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat.
4.      Endangered (EN; Genting atau Terancam) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu yang akan datang.
5.      Vulnerable (VU; Rentan) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar pada waktu yang akan datang.
6.      Near Threatened (NT; Hampir Terancam) adalah status konservasi yang diberikan kepada spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam atau mendekati terancam kepunahan, meski tidak masuk ke dalam status terancam.
7.      Least Concern (LC; Berisiko Rendah) adalah kategori IUCN yang diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun.
8.      Data Deficient (DD; Informasi Kurang), Sebuah takson dinyatakan “informasi kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan risiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi.
9.      Not Evaluated (NE; Belum dievaluasi); Sebuah takson dinyatakan “belum dievaluasi” ketika tidak dievaluasi untuk kriteria-kriteria di atas.
1.      Mentok Rimba (Cairina scutulata) 




     Mentok Rimba dikenal juga sebagai Mentok Hutan, Serati, Bebek Hutan atau Angsa Hutan dan dalam bahasa inggris dikenal sebagai White-winged Wood Duck. Spesies ini termasuk salah satu burung air dari suku Anatidae (bebek). Bisa dikatakan sebagai jenis bebek paling langka di dunia. Populasinya di seluruh dunia sangat langka, diperkirakan hanya tersisa sekitar 1000 ekor. Sekitar 150 ekor terdapat di Taman Nasional Way Kambas, salah satu habitat Mentok Hutan yang tersisa di Indonesia.
Karena hidupnya di lahan basah (air), maka pembangunan listrik tenaga air dan polusi manusia menjadi ancaman terbesar bagi mereka. Selain itu, penurunan polulasinya juga diakibatkan oleh kerusakan, degradasi, dan gangguan habitatnya termasuk kehilangan koridor hutan di tepi sungai. Polulasinya yang tinggal sedikit ini sangat beresiko terhadap kepunahan.
Habitat Mentok Rimba tersisa di Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Myanmar, Indonesia, India, dan Bangladesh dengan jumlah populasi tidak mencapai 1000 ekor. Di Indonesia, semula Mentok Rimba ini dapat dijumpai di Jawa dan Sumatera, namun kini bebek jenis ini telah punah di Jawa. Sedangkan di Sumatera diperkirakan hanya bertahan di Taman Nasional Way Kambas dengan populasi sekitar 150 ekor.
            Jumlah populasi dan penyebarannya menjadikan IUCN Redlist memasukkan Mentok Hijau dalam kategori Endangered (EN / Genting) yang berarti terancam kepunahan. Akan tetapi, mentok rimba memiliki potensi untuk dimanfaatkan daging serta telurnya. Sebab jika dilihat dari postur tubuhnya mentok rimba tidak jauh berbeda dengan mentok-mentok pada umumnya. Oleh sebab itu mentok rimba berpotensi untuk dibudidayakan bahkan mungkin bisa diternakkan. Hal ini didukung oleh Permenhut Nomor P.19/menhut-II/2005 tentang penangkaran tumbuhan dan satwa liar.
2.                  Burung Maleo  (Macrocephalon maleo)

Burung Maleo adalah satwa endemik Sulawesi, artinya hanya bisa ditemukan hidup dan berkembang di Pulau Sulawesi, Indonesia. Selain langka, burung ini ternyata unik karena anti poligami. Selain sebagai satwa endemik Burung Maleo (Macrocephalon maleo) ini yang mulai langka dan dilindungi ini juga merupakan burung yang unik. Keunikannya mulai dari struktur tubuh, habitat, hingga tingkah lakunya yang salah satunya adalah anti poligami. Makanya tidak mengherankan jika sejak tahun 1990 berdasarkan SK. No. Kep. 188.44/1067/RO/BKLH tanggal 24 Pebruari 1990, Burung Maleo ditetapkan sebagai “Satwa Maskot” provinsi Sulawesi Tengah.
Populasi terbanyaknya kini tinggal di Sulawesi Tengah. Salah satunya adalah di cagar alam Saluki, Donggala, Sulawesi Tengah. Di wilayah Taman Nasional Lore Lindu ini, populasinya ditaksir tinggal 320 ekor. Karena populasinya yang kian sedikit, burung unik dan langka ini dilindungi dari kepunahan. Maleo dikategorikan sebagai terancam punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I. 
Populasi Maleo terancam oleh para pencuri telur dan pembuka lahan yang mengancam habitatnya. Belum lagi musuh alami yang memangsa telur Maleo, yakni babi hutan dan biawak. Habitatnya yang khas juga mempercepat kepunahan. Maleo hanya bisa hidup di dekat pantai berpasir panas atau di pegununungan yang memiliki sumber mata air panas atau kondisi geothermal tertentu. Sebab di daerah dengan sumber panas bumi itu, Maleo mengubur telurnya dalam pasir.
            Potensi burung Maleo yang dapat dimanfaatkan adalah daging dan telur sama halnya dengan jenis unggas lainnya. Burung maleo dapat dibudidayakan sebagai upaya pemenuhan sumber protein hewani di Indonesia. Adapun peraturan yang mendukung hal tersebut adalah Permenhut Nomor P.19/menhut-II/2005 tentang penangkaran tumbuhan dan satwa liar, dimana kita diperbolehkan untuk melakukan penangkaran burung Maleo, sehingga mungkin saja di masa yang akan datang burung Maleo dapat dijadikan sumber protein. Hal ini sesuai dengan UU RI No.5. Pasal 28 pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensi daya dukung dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.
3.                  Banteng (Bos javanicus)
         Banteng mempunyai habitat di daerah berhutan lebat ataupun hutan bersemak mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 2.100 mdpl. Persebarannya mulai dari Kamboja, Indonesia (Jawa, Bali, dan Kalimantan), Laos, Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Vietnam. Di beberapa negara seperti Brunei Darussalam, bangladesh, dan India, Banteng dinyatakan telah punah. Populasi banteng diseluruh dunia diperkirakan tidak lebih dari 8.000 ekor. Bahkan dimungkinkan kurang dari 5.000 ekor. Dalam setiap wilayah (habitat) populasinya jarang yang mampu mencapai lebih dari 500 ekor. Di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) diperkirakan terdapat 300-700 ekor Banteng (tahun 2003), 200 ekor di Taman Nasional Meru Betiri (2000), 200 ekor di Taman Nasional Baluran (2002), 80 ekor di Taman Nasional Alas Purwo (2002). Populasi-populasi yang lebih kecil juga terdapat di beberapa tempat seperti di Cagar Alam Cikepuh-Cibanteng, Pangandaran, Malang, dan Kediri. Lantaran populasinya yang semakin menurun, sejak tahun 1996, banteng dinyatakan dalam status konservasi Endangered” (EN; Terancam Punah) oleh IUCN. Banteng sampai saat ini belum terdaftar dalam CITES meskipun sejak 1996 telah diusulkan untuk didaftar dalam CITES Apendiks I.
Potensi yang dapat dimanfaatkan dari banteng adalah daging, kulit, tanduk, dan hasil sampingan lainnya. Hal ini disebabkan karena banteng merupakan salah satu jenis hewan yang satu bangsa dengan sapi-sapi yang kini umumnya diternakkan. Pembudidayaan Banteng didukung oleh SK.15/BTN.Blr-1/2013 tentang pembentukkan unit pengelola program konservasi dan breeding semi alami banteng (Bos javanicus) di Taman Nasional. Selain itu pemanfaatan potensii-potensi yang dimiliki banteng juga didukung oleh UU RI No.5 Pasal 36 yaitu pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilaksanakan dalam bentuk pengkajian penelitian dan pengembangan, penagkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pertukaran, budidaya tanaman obat serta pemeliharaan untuk kesenangan.






Siklus Nitrogen

BAB I

PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang
         Nitrogen merupakan unsur hara tanaman esensial. Nitrogen terdapat di alam sebagai dinitrogen. Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer yaitu 80% dari udara. Bentuk nitrogen yang dapat di ambil oleh tanaman dari tanah adalah nitrat (NO3-) dan amonium (NH4+). Nitrogen bebas dapat difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis polongan) dan beberapa jenis ganggang. Kecukupan suplai nitrogen pada tanaman dicirikan dengan kecepatan pertumbuhan tanaman dan warna daun hijau gelap. Ketidakseimbangan nitrogen atau terlalu besar unsur hara ini dibandingkan dengan unsur lain seperti P, K dan S dapat mengakibatkan memanjangnya periode tumbuh dan tertundanya kematangan. Umumnya hara N tanah dalam kondisi kekurangan, hal ini memberikan kontribusi terhadap penurunan hasil.
       Tumbuhan dan hewan tidak bisa hidup tanpa nitrogen. Ini merupakan bagian penting dari banyak sel dan proses seperti asam amino, protein dan bahkan DNA manusia. Hal ini juga diperlukan untuk membuat klorofil pada tanaman, yang digunakan dalam proses fotosintesis untuk membuat makanan dan energi mereka. Siklus yang menghubungkan antara nitrogen dengan tanaman, hewan, bakteri dan tanah disebut dengan siklus nitrogen. Siklus nitrogen adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Peranan siklus nitrogen antara lain sebagai nutrisi untuk pertumbuhan tanaman, materi genetik DNA dan RNA terdiri dari nitrogen, klorofil merupakan nitrogen yang sangat penting untuk fotosintesis serta nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan reproduksi.

B.                 Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah yaitu:
1.                  Apa yang dimaksud siklus nitrogen dan peranan dari siklus nitrogen?
2.                  Bagaimana tahapan terjadinya siklus nitrogen?
3.                  Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberlangsungan siklus nitrogen?

C.                Tujuan dan Manfaat

            Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui pengertian dan peranan siklus nitrogen serta mengetahui tahapan atau proses terjadinya siklus nitrogen. Sedangkan manfaat yang dapat dipeeroleh antara lain dapat memahami nitrogen dan siklus nitrogen.


           



BAB II
PEMBAHASAN
3.1.      Pengertian Siklus Nitrogen

Siklus nitrogen merupakan siklus organik yang penting dimana nitrogen dari atmosfer diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman dan hewan, perubahan nitrogen anorganik menjadi nitrogen organik. Sebagian besar atmosfer tersusun dari nitrogen. Nitrogen merupakan elemen yang sangat esensial yang menyusun bermacam-macam senyawa penting baik organik maupun  an-organik. Nitrogen menempati porsi 1 – 2 %  dari berat kering tanaman. Ketersediaan nitrogen di alam berada  dalam beberapa bentuk  persenyawaan, yaitu berupa : N2 (72 % volume  udara), N2O, NO, NO2, NO3 dan NH4+. Di  dalam tanah, lebih dari 90% nitrogen N adalah dalam bentuk N-organik.
            Nitrogen kemudian diserap oleh tumbuhan dan diolah sehingga menghasilkan protein dan zat-zat kimia lain yang berguna bagi manusia dan hewan. Nitrogen umumnya dapat kita jumpai dalam bentuk amonia, yaitu nitrogen yang bersenyawa dengan hidrogen (NH3). Amonia yang diserap tumbuhan diolah oleh bakteri nitrit menjadi nitrat. Nitrat diserap oleh akar tumbuhan. Nitrat kembali diubah menjadi amonia dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
  
3.2.      Tahapan Siklus Nitrogen

            Proses dalam siklus nitrogen terdiri dari beberapa tahapan yakni fiksasi nitrogen, asimilasi, amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi dan oksidasi amonia anaerobik.
1.                  Fiksasi Nitrogen
            Fiksasi adalah langkah pertama dalam proses pembuatan nitrogen yang digunakan oleh tanaman. Prinsip dari fiksasi nitrogen yakni mengubah nitrogen di udara menjadi amonia (NH3). Mikroorganisme yang berfungsi dalam fiksasi nitrogen adalah diazotrof. Diazotrof memiliki enzim nitrogenaze yang dapat menggabungkan hidrogen dan nitrogen. Reaksi untuk fiksasi nitrogen antara lain:
N2 + 8 H+ + 8 e−→ 2 NH3 + H2. Mikroorganisme yang melakukan fiksasi nitrogen diantaranya Cyanobacteria, Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium, dan Frankia.
2.                  Asimilasi
            Asimilasi merupakan penyerapan dan penggabungan unsur lain membentuk zat baru dengan sifat baru. Senyawa nitrat diserap oleh tumbuhan mengalami proses asimilasi menjadi bahan penyusun organ pada tumbuhan. Tumbuhan mendapatkan nitrogen dari tanah melalui absorbsi akar dalam bentuk ion nitrat. Sdangkan hewaan memperoleh nitrogen dari tumbuhan yang mereka makan. Tumbuhan dapat menyerap ion nitrat dari tanah melalui rambut akarnya. Jika nitrat diserap, pertama-tama direduksi menjadi ion nitrit dan kemudian ion amonium untuk dimasukkan ke dalam asam amino, asam nukleat dan klorofil.
3.                  Amonifikasi
            Amonifikasi ialah penguraian nitrat menjadi amoniun (NH4) melalui proses penguraian yang dibantu oleh dekomposer (bakteri dan jamur). Pembebasan akumulai nitrogen pada organisme yang telah mati akan sangat lama siklusnya jika tidak dibantu oleh dekomposer.
4.               Nitrifikasi
           Nitrifikasi adalah reaksi kimia metabolisme amonium (NH4) oleh bakteri nitrit (Nitrosomonas, Nitrosococus, Nitrobacter) yang menghasilkan senyawa nitrit (NO2). Tahap utama nitrifikasi antara lain bakteri nitrifikasi seperti Nitrosomonas mengoksidasi amonium dan mengubah amonia menjadi nitrit. Bakteri yang lainnya seperti nitrobacter bertugas untuk mengoksidasi nitrit menjadi nitrat dikarenakan nitrit merupakan racum bagi tanaman. Reaksi dari proses nitrifikasi antara lain:
1.      NH3 + CO2 + 1.5 O2 + Nitrosomonas → NO2 + H2O + H+
2.      NO2 + CO2 + 0.5 O2 + Nitrobacter → NO3
3.      NH3 + O2 → NO2 + 3H+ + 2e
4.      NO2 + H2O → NO3 + 2H+ + 2e


5.              Denitrifikasi

           Denitrifikasi adalah proses tahap kedua dalam proses penghilangan amonia. Prinsip dari proses denitrifikasi adalah perubahan senyawa nitrat menjadi gas nitrogen. Gas nitrogen merupakan senyawa yang sangat stabil. Bakteri yang bekerja pada proses ini adalah bakteri anaerobik, yaitu bakteri yang tidak memerlukan oksigen dalam aktivitasnya, bahkan kehadiran oksigen dapat menyebabkan bakteri ini mati. Denitrifikasi dibantu oleh bakteri yang dinamakan denitrifikans yang membantu pengembalian senyawa nitrogen ke atmosfer.
6.                  Oksidasi Amonia Anaerobik
  Nitrit dan amonium dikonversi langsung ke elemen (N2) gas nitrogen. Proses ini membentuk sebagian besar dari konversi nitrogen unsur di lautan. Reduksi dalam kondisi anoxic juga dapat terjadi melalui proses yang disebut oksidasi amonia anaerobik. Reaksi dari proses oksidasi amonia anaerobik sebagai berikut:
NH4+ + NO2 → N2 + 2 H2O

3.3.            Peranan Siklus Nitrogen

            Siklus nitrogen penting bagi tanaman dan hewan. Peranan nitrogen antara lain:
1.                Siklus nitrogen penting karena nitrogen merupakan salah satu nutrisi untuk                                           pertumbuhan tanaman.
2.                Kandungan nitrogen dan pasokan ke tanah dan hilangnya nitrogen dari       tanah menentukan               produksi dan keberlanjutan tanaman
3.                  Nitrogen merupakan unsus yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman    dan reproduksi.
4.                  Nitrogen dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
5.                  Nitrogen merupakan unsur penting dari tumbuhan dan hewan protein.
6.                  Materi genetik DNA dan RNA terdiri dari nitrogen.
7.                  Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang cepat. 

3.4.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siklus Nitrogen

            Faktor-faktor yang mempengaruhi proses berlangsungnya siklus nitrogen antara lain:
1.                  Penggunaan pupuk protein.
2.                  Penggunaan nitrat oleh bakteri dalam tanah.
3.                  Mikroba dalam tanah dan air yang mengubah amonia menjadi nitrit.
4.                  Bakteri Nitrosomonas yang mengkonversi amonia menjadi nitrit.
5.                  Bakteri Nitrobacter yang mengubah nitrit menjadi nitrat.
6.              Cyanobacteria yang hidup di lingkungan semi-akuatik dapat membantu dalam proses siklus                  nitrogen.

           



BAB III


KESIMPULAN

            Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu siklus nitrogen merupakan siklus organik yang penting dimana nitrogen dari atmosfer diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman dan hewan, perubahan nitrogen anorganik menjadi nitrogen organik. Tahapan dalam siklus nitrogen meliputi fiksasi nitrogen, asimilasi, amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi dan oksidasi amonia anaerobik.




DAFTAR PUSTAKA

Fried, G. H dan Hademenos, G. J. 2006. Biologi Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta.
Herlambang, A dan R. Marsidi. 2003. Proses denitrifikasi dengan sistem biofilter   untuk pengolahan air limbah yang mengandung nitrat. J. Teknologi Lingkungan. 4(1): 46 – 55.

Widyatmanti, W dan D. Natalia. 2006. Geografi. Grasindo, Jakarta.



SISTEM PERUNGGASAN DAN MANFAATNYA
            Unggas merupakan hewan yang masuk dalam  keluarga burung yang memiliki sayap, berkaki dua, memiliki paruh dan berkembangbiak dengan bertelur. Contoh hewan yang masuk ke dalam jenis unggas antara lain ayam, itik, angsa, mentok dan semua jenis burung. Antara jenis unggas yang satu dengan yang lain memiiki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam segi pemeliharaan, produk yang dihasilkan maupun pemasaran nya. Kenapa harus memilih unggas? Beternak unggas memiliki banyak keuntungan diantaranya pemeliharaannya dalam jangka waktu pendek, banyak diminati masyarakat serta produk yang dihasilkan beranekaragam mulai dari daging, telur, bulu dan keindahannya. Daging dan telur dari unggas terutama ayam memiliki banyak kandungan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sehingga banyak diminati di kalangan masyarakat.

           Kondisi perunggasan di Indonesia sangat dibutuhkan untuk mendukung perekonomian bangsa. Adanya peternakan unggas mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang besar bagi masyarakat dan meningkatkan perekonomian di daerah pedesaan karena kebanyakan dari peternakan unggas berada di daerah pedesaan, meningkatkan pendapatan peternak serta meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan devisa negara. Daya saing peternakan unggas/ perunggasan tidak kalah saing dengan peternakan lainnya. Selain itu, dunia perunggasan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kualitas bangsa, terbukti bahwa dari total konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia sekitar 64% adalah berasal dari unggas. Tidak ada di dunia ini bangsa yang sehat dan cerdas yang rendah konsumsi proteinnya, untuk membangun masyarakat yang sehat dan cerdas harus mengutamakan kebutuhan asupan protein, tidak hanya konsumsi karbohidrat saja. Peran dunia perunggasan dalam peningkatan perekonomian memiliki potensi bagus sehingga tidaklah salah jika kita mendukung dan mempertahankan sistem perunggasan di Indonesia.

STRAIN AYAM PETELUR

STRAIN-STRAIN AYAM PETELUR

            Strain adalah klasifikasi ayam berdasarkan garis keturunan tertentu melalui persilangan dari berbagai kelas, bangsa atau varietas sehingga ayam tersebut memiliki bentuk, sifat dan tipe produksi tertentu sesuai dengan tujuan produksi. Strain-strain ayam petelur di Indonesia, antara lain:

1.                  Ross Brown

            Ross Brown merupakan strain ayam petelur yang diciptakan di Inggris pada tahun 1972. Perusahaan pembibitan di Indonesia yang mengembangkan ayam petelur strain Ross Brown yaitu PT.Cibadak Indah Sari Farm. Ciri-ciri strain ini antara lain berbulu coklat, produksi rata-rata telur 270 butir, koversi ransum 2,0 kg/dosis telur.

2.                  Hysex Brown

            Dikembangkan oleh PT. Ayam Manggis Indonesia. Strain ayam petelur ini memiliki bulu berwarna coklat, produksi rata-rata telur 272 butir, konversi ransum 1,98 kg/dosin telur.

3.                  Lohmann Brown

            Lohmann Brown merupakan strain ayam petelur yang diproduksi oleh Multibreeder Adirama Indonesia. Kebanyakan ayam ini memiliki bulu berwarna cokelat seperti caramel, dengan bulu putih di sekitar leher dan di ujung ekor. Ayam ini mulai dapat bertelur pada umur 18 minggu, menghasilkan 1 butir telur per hari, dapat bertelur sampai 300 butir pertahun dan biasanya bertelur pada saat pagi atau sore hari. Kebanyakan orang akan memelihara ayam ini pada fase grower atau fase dimana ayam ini akan mulai berproduksi.

4.                  Isa Brown

            Strain ayam petelur Isa Brown dikembangkan oleh PT. ISA Inkud Breeder/PT Cargill Indonesia. Ayam Isa Brown merupakan strain ayam ras yang diciptakan di Inggris pada 1972. Ayam petelur Isa Brown merupakan jenis ayam hasil persilangan antara ayam rhode island whites dan rhode island reds Isa brown termasuk ayam petelur tipe medium yang memiliki produktivitas yang cukup tinggi.

5.                  Babcock

            Jenis ayam petelur ini dikembangkan oleh CV. Missouri. Ciri-ciri dari jenis ayam petelur ini adalah berbulu coklat, produksi rata-rata telur 260-175 butir, konversi ransum 1,9 kg/dosin telur.

6.                  Hubbard Golden Comet

            Dikembangkan oleh PT. Cipendawa Farm Enterprise/ PT. Wonokoyo. Memiliki ciri-ciri antara lain berbulu coklat, produksi rata-rata telur 260 butir, konversi ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.


Daftar Pustaka

Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia         Pustaka, Jakarta.

Alif, S. M. 2010. Kiat Sukses Beternak Ayam Petelur. Biogenesis, Yogyakarta